Senin, 16 Februari 2015

BENTUK KARAKTER SISWA LEWAT MEDIA SOSIAL

Menarik untuk mencermati perkembangan media sosial yang memiliki dampak luar biasa dalam menentukan hitam putihnya karakter pendidikan anak bangsa. Sebagian kita beranggapan bahwa media sosial pada era digital ini diyakini menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas karakter siswa. Berbagai kejadian negatif yang menimpa dunia pendidikan kita berawal dari pemakaian tak terbatas terhadap penggunaan media sosial. Keunggulan dan kelebihan dari media sosial yang seharusnya digunakan untuk membangun fondasi keilmuan disekolah, seakan sirna manakala kita melihat anak bangsa justru terseret dalam berbagai problematika yang berawal dari penggunaan media sosial yang tidak terkontrol. Pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, bahasa alay, dan budaya acuh seakan menjadi hal biasa dan lumrah dikalangan pelajar kita. Harus diakui bahwa moral suatu bangsa sebenarnya juga ditentukan oleh pergerakan media sosial di dalamnya. Apabila diibaratkan, media sosial itu adalah sebuah sumber mata air yang jernih dan masyarakat diibaratkan sebagai kelompok yang haus akan air, seketika masyarakat itu meminum air yang jernih maka mereka dapat menghilangkan dahaga mereka dengan tenang. Sebaliknya apabila air keruh yang mereka minum maka hidup mereka sudah tidak sehat lagi. Pendidikan karakter dan kepribadian adalah salah satu cara untuk mengubah bangsa ini menjadi sebuah kekuatan dalam upaya membangun negeri ini untuk menjadi lebih bermartabat. Kemajuan teknologi informasi internet seharusnya dimanfaatkan sebagai bentuk sistem pendidikan karakter untuk bangsa ini. Bangsa Indonesia dalam satu dekade ini menjadi bangsa yang sangat aktif dalam media sosial. Menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengguna media sosial Facebook maupun Twitter. Sebagai negara yang sering menggunakan media sosial, maka kesempatan untuk memperkuat pendidikan karakter dan kepribadian harus segera dibangun melalui perkembangan teknologi informasi. Lantas, apakah kita langsung memvonis bahwa media sosial harus dilawan dan dilenyapkan untuk menghindari semakin pudarnya nilai karakter siswa. Bukannya justru sebaliknya kita sebagai insan pendidikan untuk masuk kedalam lingkaran media sosial tersebut dalam rangka memperkuat dan menyemai benih-benih pendidikan karakter anak bangsa. Setidaknya ada 6 (enam) peran dan fungsi dari media sosial saat sekarang ini, yaitu sebagai fungsi informasi, fungsi mendidik, fungsi mempengaruhi, fungsi perkembangan mental, fungsi adaptasi lingkungan, dan fungsi memanipulasi lingungan. Melihat fungsi media sosial yang memiliki peran penting ini, maka sudah sepantasnya kita sebagai insan pendidikan harus mengeksplore media sosial sebagai penguat karakter anak bangsa. Usaha ini tentunya bukan tanpa alasan, karena filosofi untuk merubah suatu keadaan, maka kita harus masuk kedalam lingkungan itu. Hal inilah yang menjadikan guru harus mencoba masuk dalam dunia siswa untuk memperbaiki karakter melalui media sosial yang dalam era sekarang ini menjadi sebuah trend di kalangan pelajar kita. Sapaan dan untaian kata positif guru setiap hari di media sosial akan berdampak pada psikologis siswa untuk mengikuti alur pikiran guru yang dituangkan dalam media sosial. Secara tidak langsung, interaksi ini akan menjadikan hubungan guru dan murid menjadi sebuah kekuatan untuk membangun sebuah fondasi karakter yang kuat. Andai semuanya berjalan secara konsisten, maka tidak begitu sulit bagi guru untuk sedikit demi sedikit masuk dalam kehidupan psikologis siswa untuk menyemai benih-benih kebaikan. Begitupun sebaliknya guru dapat memantau dan mengontrol karakter siswa dalam interaksi keseharian lewat media sosial. Guru harus mampu menjadi attack and defense dalam proses pendidikan, dimana disatu sisi guru dituntut untuk melakukan transfer of knowledge tapi disisi lain guru juga dituntut untuk melakukan filter dan perbaikan karakter siswa akibat terkontaminasi arus globalisasi dan modernisasi. Cara guru untuk masuk dalam lingkungan media sosial siswa merupakan sebuah keharusan untuk memberikan peran lebih besar dalam proteksi sikap siswa dalam beraktifitas lewat dunia maya. Semua informasi terkait dengan proses pembelajaran dikaitkan semua pada media sosial sehingga mau tidak mau siswa harus selalu masuk dalam grup media sosial yang telah disepakati bersama sehingga memudahkan guru untuk melakukan pemantauan terhadap aktifitas siswa. Membimbing karakter anak bangsa melalui media sosial merupakan titik awal untuk melahirkan Indonesia berkarakter. Media sosial selayaknya mampu menjadi fasilitator untuk mengembangkan karakter individu dan membangkitkan semangat nasionalisme sehingga muncul pribadi-pribadi yang memiliki integritas tinggi terhadap cita-cita bangsa. Merubah karakter melalui sebuah apa yang menjadi sebuah trend di kalangan siswa kita akan terasa lebih mudah, karena siswa akan selalu menggunakan media sosial tersebut dalam menumpahkan segala ekspresinya. Ibarat suatu keluarga, media sosial seharusnya mampu menjadi ibu untuk membimbing anak-anaknya melalui jalan yang benar. Setiap generasi memiliki generasinya sendiri dan setiap zaman memiliki zamannya tersendiri. Kita tidak dapat merubah generasi yang kemarin dengan cara kita karena mereka juga memiliki generasinya sendiri. Sekarang saatnya kita membina anak-anak sesuai dengan cara-cara masa kini, mengingat anak-anak lebih mudah memahami sesuatu dari apa yang ia lihat dan rasakan sendiri. Kita dapat mengantisipasi perubahan karakter bangsa yang negatif melalui peran media sosial untuk jangka panjang kedepan, apabila anak-anak dibekali dengan pendidikan karakter lewat penggunaan media sosial secara positif, maka akan terlahir generasi yang kuat dan tangguh yang memiliki visi yang kuat kuat dalam membangun pilar-pilar bangsa. Dengan kata lain, perkembangan media sosial yang cukup besar disertai penggunaannya yang benar dapat memberikan hasil yang baik dalam membentengi diri, serta mewujudkan fungsi dan peran pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan untuk membina potensi peserta didik secara utuh dan bulat, layak, manusiawi, dan berbudaya (civilized) serta membina nilai-nilai moral luhur budaya/kepribadian Bangsa Indonesia sebagai jati diri/kepribadian yang diyakini nalar, serta membudaya/membaku pada diri dan kehidupan generasi penerus. 

Oleh : Joko Sulistiyono, S.Kom, M.Pd

0 komentar:

Posting Komentar