Minggu, 18 Januari 2015

SUPERVISI PENDIDIKAN BERBASIS VIRTUAL

Dalam manajemen pengelolaan sebuah sekolah tentunya dibutuhkan suatu supervisi untuk dapat mengetahui dan mengevaluasi segala kekurangan yang ada di sekolah. Supervisi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, penilik ataupun pengawas. Masing-masing memiliki fungsi yang hampir sama, namun jika untuk menilai keseluruhan dari mulai akademis, kelembagaan dan administrasi sekolah maka dibutuhkan pengawas dari lembaga tertinggi yang nantinya akan ditunjuk oleh dinas pendidikan secara langsung untuk melakukan penilaian dan pengawasan, sedangkan orang yang mengawasi ini disebut dengan supervisor. Sebagai kegiatan pengawasan yang mengacu pada unsur pembinaan, supervisi pendidikan yang ada saat ini belum sesuai harapan. Meski terbukti tetap dilakukan hingga saat ini, namun hasil dari supervisi pendidikan yang ada justru tidak mencerminkan gambaran informasi dan data yang sebenarnya. Supervisi telah kehilangan ruhnya sebagai fungsi controlling dan pembinaan terhadap guru di sekolah. Supervisi apa adanya (natural) telah hilang dari budaya pendidikan kita, yang lazim adalah pelaksanaan supervisi di sekolah sudah diketahui jauh-jauh hari sebelumnya, jadi tentunya tidak ada kejutan lagi dan terkesan semua sudah dipersiapkan. Sungguh ironis apabila supervisi lebih dimaknai sebagai kegiatan ritual rutin untuk memenuhi aspek formal dan time schedule yang telah ditetapkan. Selain itu, supervisi masih dipandang sebagai suatu hal yang menakutkan bagi sebagian guru, hal ini tidak terlepas dari metode yang kaku dan harus sesuai dengan pakem yang selama ini masih dipakai dalam pelaksanaan supervisi di sekolah. Andaikan supervisi dikemas dengan sebuah metode yang rileks dan fun tentunya hal ini akan menghasilkan kenyamanan bagi guru sebagai objek yang akan di supervisi. Kenyamanan guru dalam pelaksanaan supervisi sangat dibutuhkan karena sebaik apapun bentuk supervisi yang dilakukan kalau output yang dihasilkan tidak membuat guru menjadi lebih baik, maka dapat dikatakan supervisi tersebut telah gagal. Selama ini supervisi masih menggunakan metode konvensional, dimana supervisor datang ke sekolah dan bertatap muka secara langsung dengan guru yang menjadi binaannya untuk menggali berbagai macam permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana apabila pada saat yang sudah ditentukan ternyata salah satu diantara supervisor ataupun guru tidak bisa menunaikan kewajibannya karena berhalangan hadir di sekolah. Apakah lantas supervisi ditunda dalam waktu yang tidak ditentukan ataukah bahkan bisa jadi batal pelaksanaannya. Lantas sampai kapan kita terus berkutat dengan budaya rutinitas yang tak pasti ini ? Fakta ini semakin menguatkan bahwa keberadaan seorang supervisor ternyata belum mampu menjawab semua permasalahan yang selama ini terjadi pada saat supervisi dilakukan. Supervisi pendidikan berbasis virtual (internet) menjadi sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Kendala minimnya interaksi antara supervisor dengan guru secara langsung, waktu dan tempat pelaksanaan supervisi yang selama ini menjadi hambatan akan mudah teratasi dengan sistem ini. Model supervisi berbasis virtual sangat efektif dan efisien, hal ini dikarenakan seorang supervisor dapat memantau aktivitas guru binaannya tidak harus di sekolah tanpa batasan waktu, tempat dan jarak. Selain itu, model ini dapat lebih memberikan keleluasaan bagi guru untuk menyampaikan aspirasi/masukan terkait dengan kualitas pembelajaran tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan seorang supervisor. Dengan supervisi berbasis virtual seorang supervisor dalam satu tempat dapat mengontrol banyak guru yang ada di sekolah berbeda. Hal ini tentunya tidak bisa dilakukan apabila masih memakai cara konvensional, dimana pada satu tempat supervisor hanya mampu melayani guru yang ada di sekolah tersebut. Kolaborasi antara supervisor dengan guru lintas sekolah yang berbeda lewat diskusi online diharapkan mampu menghasilkan banyak kajian dalam peningkatan mutu pembelajaran. Supervisi berbasis virtual ini sangat fleksibel untuk dilaksanakan kapan dan dimana saja tanpa ada batasan waktu sehingga akan memberikan keleluasaan bagi supervisor dan guru untuk melakukan sharing informasi. Lantas, pertanyaan yang muncul adalah berapa biaya pengembangan yang harus dikeluarkan untuk pembuatan model supervisi virtual ini ? Don’t Worry be Happy karena pengembangan model supervisi berbasis virtual ini dapat menggunakan moodle yang sifatnya open source sehingga dapat digunakan secara gratis dan dimodifikasi sesuai kebutuhan pengguna karena source code-nya sudah tersedia. Fasilitas didalam moodle akan memberikan ruang yang tidak terbatas bagi supervisor dan guru untuk berinteraksi secara virtual. Solusi ini tentunya menjadi sebuah jawaban atas problematika dalam pelaksanaan supervisi yang masih berkutat dengan cara konvensional. Tantangan kedepan semakin berat bagi seorang supervisor, dimana kurikulum 2013 siap menanti dan siap untuk diaplikasikan ke sekolah binaannya. Sekarang masihkah kita enggan berbenah untuk memperbaiki kekurangan kita selama ini. Terlepas dari adanya pro dan kontra terhadap pelaksanaan supervisi berbasis virtual ini, maka sudah sewajarnya kita turut serta dalam upaya menemukan sebuah metode terbaik dalam rangka perbaikan mutu pendidikan di Indonesia. Pada akhirnya, model supervisi pendidikan berbasis virtual ini diharapkan mampu menjadi pelopor bagi institusi pendidikan untuk menjadikan sebuah lembaga yang ramah terhadap lingkungan. Saatnya pada era teknologi informasi dan komunikasi ini kebijakan-kebijakan nirkertas dapat diimplementasikan kedalam sistem pendidikan kita sehingga kemajuan teknologi akan semakin memudahkan hidup kita, sekaligus menjadikan kita semakin ramah terhadap lingkungan. 

Oleh : Joko Sulistiyono, S.Kom, M.Pd

0 komentar:

Posting Komentar